Minggu, 10 November 2013

Tuhan Menciptakan Sifat Introvert dan Extrovert

Salam readers…
Beberapa tahun silam saya boleh berbangga dapat menemukan diri saya sebagai seorang introvert. Memang benar, titik balik seseorang itu prasyaratnya adalah mengenali diri dimana berada dan karenanya bisa menentukan arah hidup. Tampaknya para introvertian baru sadar bahwa dirinya sebagai introvert mempunyai fungsi khusus di dunia ketika mencapai umur matang.
Perikehidupan di dunia ini sekilas tampak cenderung extrovert. Namun pernahkah Anda bertanya mengapa Tuhan menciptakan dua sifat yang pada titik ekstem berada pada kutub yang sangat bertolak belakang. Extrovert pada dunia luar, dan introvert pada dunia dalam.
Sadarkah Anda tentang diri sendiri dimana Anda berada? Untuk penjelasan detail mengenai definisi dan karakteristik sifat introvert maupun extrovert bisa dicari di Wikipedia. Baca itu! Jangan dengar kata-kata orang yang mengkotak-kotakkan siapa extrovert siapa introvert. Baca..! Baca..! Baca..! Gali kebenaran, jangan dengar kata-kata orang-orang yang bicara dangkal berlandaskan “katanya”… dan “katanya”…. Belajarlah!

Sabtu, 25 Mei 2013

Keterpaksaan dan Hikmah

Ilustrasi (inet)

dakwatuna.com - Tidak semua keterpaksaan akan berakhir dengan duka, tekanan batin atau sejenisnya. Keterpaksaan bisa menjadi awal sebuah cerita indah kehidupan atau bahkan ia akan menjadi saksi sejarah akan sikap ksatria, kegagahan dan ketaatan yang absolut. Keterpaksaan yang harus dihadapi Ikrimah bin Abu Jahl di masa Fathu Makkah (pembebasan Makkah) adalah awal dari kisahnya yang gemilang. Fathu Makkah adalah masa kala Islam sudah memiliki kemuliannya, kala itu Islam memiliki kaum muslimin yang teguh dan telah melewati berbagai uji. Ujian itu berbentuk Ghazwah yang berurutan sedari Badar hingga dahsyatnya perang Ahzab. Ujian itu berbentuk hasutan dan konspirasi Yahudi melalui bani Nadhir, Quraidah dan Qainuqa'. Ujian itu juga berbentuk keteguhan akan perjanjian yang dibuat di Hudaybiyah, walaupun setelahnya kaum kafir Makkah yang mengakhiri sendiri perjanjian itu dengan membunuh kaum muslimin.

Selepasnya, fathu Makkah adalah bentuk nyata akan keberanian dan proses yang telah lama dinanti untuk kembali ke Makkah dengan rasa syukur tak terkira, hingga lidah Rasul saw. basah dengan syukur dan menunduk kala masuk ke Makkah untuk menaklukkannya dengan penaklukan yang tercatat dalam sejarah sebagai penaklukan yang damai lagi indah. Di Makkah tiada lagi perlawanan, mereka pasrah terhadap apa yang akan dilakukan oleh kaum Muslimin. Mereka pasrah dengan menumpang rumah Abu Sufyan, mereka pasrah dengan masuk ke rumah-rumahnya dan mereka pasrah dengan berada di Ka'bah. Karena dengan mereka berdiam di sana, artinya mereka taat akan permintaan kaum muslimin dan mereka tidak akan dianiaya. Selepasnya, Rasul saw. berujar,

"Siapa yang masuk masjid maka dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman."

Di dalam diri Ikrimah kala itu ada rasa ketidakpercayaan dan masuk Islam bukanlah keinginannya, hingga:

"Dia naik kapal di lautan, tiba-tiba datanglah badai, maka para awak kapal berkata: Ikhlaskanlah (doa hanya kepada Allah) karena tuhan-tuhan kalian tidak akan bisa berbuat apa-apa di sini." Maka Ikrimah berkata: "Demi Allah, jika tidak ada yang bisa menyelamatkanku di lautan ini kecuali keikhlasan (kepada Allah), maka tidak akan ada yang bisa menyelamatkanku di daratan melainkan Dia. Ya Allah jika saya berjanji kepadamu, jika Engkau menyelamatkanku, saya akan datang kepada Muhammad, lalu saya akan meletakkan tanganku pada tangan beliau, dan niscaya saya akan dapati beliau sebagai seorang yang pemaaf lagi mulia." Lalu Ikrimah pun datang dan masuk Islam." (HR.Nasa'i)

Keterpaksaan dan jalan keselamatan pada akhirnya, telah membuatnya masuk ke dalam sederetan ksatria. Kesatria yang agaknya datang terlambat, ia terlambat memadu rasa akan kesungguhan membela agama. Namun semuanya ia ganti dengan andil yang besar di zaman Khalifah Abu Bakr RA, kala di perang Riddah (perang melawan kaum murtad) ia menjadi salah satu sahabat yang paling menonjol kesungguhan dan kelihaiannya.

Keterpaksaan itu memiliki banyak contoh dalam kehidupan, terserah bagaimana kita bersikap setelahnya. Semoga ada keterpaksaan untuk rajin dalam diri, semoga ada keterpaksaan untuk beramal dalam diri, semoga ada keterpaksaan untuk bersungguh-sungguh dalam diri. Karena manusia jika ia tidak ditekan atau terdesak, lambat nian ia bergerak.

Agar tiada penyesalan, layaknya Qana'an yang tak mau mengikuti paksaan Ayahandanya (Nuh AS):

Hud: 42-43

وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ الْكَافِرِينَ [١١:٤٢

Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir".

قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ [١١:٤٣

Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

Terus membuat keterpaksaan yang membangun!

Wallahua'lam.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/01/26953/keterpaksaan-dan-hikmah/#ixzz2LIA8N2tB

 

Minggu, 07 April 2013

Allah Pun Rindu

Oleh: Ustaz Yusuf Mansur

Tak ada yang sulit atau susah bagi Allah SWT. Semuanya sangat mudah. Hanya kita saja malas, enggan meminta kepada Allah. 

Begitu pelitnya, sampai-sampai masalah yang kita hadapi pun, tak mau kita bagi dengan Allah. Kita selalu berusaha menyelesaikan semua masalah sendirian, dan tidak mau berbagi dengan-Nya.

Ketika kita punya banyak kesempatan dan peluang, kita pun berusaha sendirian mengejar ‘mimpi’. Karena kita merasa mampu dan kuasa. Seakan kita tidak membutuhkan pertolongan Allah. Kalaupun butuh, hanya seperlunya saja.

Pada kondisi inilah, akhirnya Allah “menyapa” kita. Allah rindu sama kita. Allah kemudian menghidangkan ujian dan beragam kebutuhan untuk kita. Ujian dan kebutuhan itu dihidangkan, agar kita ingat dan semakin dekat serta meminta pertolongan kepada-Nya. Tapi, begitulah manusia. Entah di tengah-tengah musibah atau keperluan, kita lalai dan lupa.

Saya beri beberapa contoh. Seorang pengusaha, membutuhkan proyek agar usahanya tetap berjalan dan bisa menggaji karyawannya. Dengan itu, seharusnya dia ingat kepada Allah, karena Allah-lah yang telah menghadirkan semua kebutuhan itu.

Namun, pengetahuan kita terhadap Allah begitu lemah dan tipis. Apalagi keyakinan kita. Karena itu, kita tidak segera berlari menuju Allah. Sebaliknya, kita malah mendatangi manusia, relasi, pelanggan, dan lain sebagainya untuk memaksimalkan semua pemasarannya. Sementara yang inti, yakni Allah, malah tak diingat kecuali sedikit.

Sampai-sampai, ketika seseorang lapar, juga tak menyadari bahwa yang memberi rasa lapar itu adalah Allah. Mestinya dengan lapar, yang pertama kali kita ingat adalah Allah. Kita menyebut nama-Nya. Tapi apa daya, kita lebih ingat nasi goreng, nasi padang, nasi warteg, sehingga demikian itu yang kita sebut dan kita cari.

Dengan sangat cerdas, kita tahu di mana orang yang menjual makanan yang kita inginkan itu. Setelah itu kita bergegas ke sana. Tapi Allah? Kita kayak nggak tahu, nggak kenal. Sebab kita nggak mendatangi dan menyebut nama-Nya. Bahkan ketika Allah memanggil kita dengan panggilan “wakil-wakil-Nya” di dunia ini, yakni muazin, kita tak bersegera mendatangi-Nya.

Saudaraku, segala masalah dan kebutuhan pasti akan selalu ada. Sebab itu Allah juga ada. Bila kita mengingat Allah dalam setiap masalah dan keperluan, bersegeralah mendekat pada-Nya. Kenali Allah lebih dekat lagi.

Saya suka berkata kepada diri sendiri. Ketika Allah menguji kita, menghadiahkan berbagai persoalan hidup, sebenarnya Allah rindu dengan kita. Kita diminta menyebut nama-Nya dengan sepenuh hati, bahwa hanya Dia yang bisa memberi pertolongan dan menyelesaikan semua masalah dan keperluan.

Bayangkan, bila Allah menutup semua pintu penyelesaian? Kita tidak punya solusinya. Ke mana kita akan mencari jawabannya? Walau punya uang hingga miliaran dan triliunan, tapi semua itu tak mampu menyelesaikan semua masalah. Kekayaan itu pun tak berarti apa-apa.

Karena itu, mari bersegera mengingat Allah, mari lebih mendekat lagi kepada-Nya. Adukan semua permasalahan dan kebutuhan, baik di kala suka maupun duka. Karena, hanya Dia yang bisa, Sang Mahapenyelesai Masalah dan kebutuhan kita. Sungguh, Allah sangat rindu kepada kita semua.

 

Rabu, 13 Maret 2013

Sepenggal Cerita - Muhammad SAW

……………

Apakah yang menyebabkan orang-orang pilihan dan terkemuka madinah pergi menemuinya untuk berbai’at dan berjanji akan bersama –sama mendaki bukit yang tinggi dan menuruni jurang yang dalam, padahal mereka menyadari peperangan yang akan terjadi di antara mereka dan orang-orang Quraisy akan berkecamuk dengan amat dasyat..

 

Apakah yang menyebabkan jumlah orang-orang beriman kian bertambah dan tak pernah berkurang, padahal setiap pagi dan petang beliau selalu meneriakkan pada mereka: “ Aku tidak memberimu wewenang untuk memberimu manfaat atau mudharat, dan aku tidak mengetauhui apa yang akan terjadi denga diriku begitu juga atas dirimu sekalian!”

 

Apakah pula yang membuat mereka percaya bahwa pelosok dunia akan dibebaskan dari kekufuran dan keni’matan dunia dipersembahkan untuk mereka, dan bahwa telapak kaki mereka akan bergelimang dengan kekayaan dunia melintasi berbagai mahkota kerajaan. Apakah pula yang menyebabkan mereka percaya bahwa Al-Quran yang ketika itu mereka baca secara sembunyi-sembunyi , akan didengungkan dengan nada keras dan alunan tinggi, bukan dilingkungan kaum mereka saja atau di jazirah Arab semata, tetapi meluas ke seluruh kolong langit dan menembus kurun waktu…?

 

…………..

 

Sumber : Buku Karakteristik 60 Sahabat Rasulullah

 

Sabtu, 02 Maret 2013

Nasehat Diri

Ada sebuah nasihat tulus yang sangat bagus; kita adalah da’i, bukannya hakim. Tugas da’i bukanlah menghakimi dan memvonis kesalahan orang lain. Melainkan untuk mengajak mereka kepada kebenaran. Dengan hikmah dan juga pelajaran yang baik. Dengan ucapannya santun dan juga raut wajah yang menyejukkan pandangan.

Tidak usah sibuk mencitrakan diri, tapi sibuklah memperbaiki diri. Tidak usah pusing dengan pandangan manusia, tetapi risaulah dengan penilaian Allah.  Allahu Ta’ala a’lam.


Asy’ary

 

Selasa, 26 Februari 2013

Jangan Biarkan Hati Ini Menghitam

Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?” Allah berfirman, Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, Jadi begitu pula pada hari ini kamu diabaikan.” (QS. Taha: 125-126).

Ayat yang membuat hatiku bergetar hebat…Takut. Hati ini sungguh takut. Yaa Rabb, bagaimanakah nasibku di Hari Akhir nanti? Apakah hamba termasuk ke dalam golongan yang dihinakan, diabaikan oleh-Mu? Dikumpulkan dalam keadaan buta? Betapa mengerikan! Bayangkanlah… Dikumpulkan dalam keadaan buta … Tuhan kita mengabaikan kita, dan kita pun terhalang memperoleh kelezatan memandang wajah Allah! Na’udzubillah…

Di dunia ini kita telah diberikan berbagai kenikmatan yang sangat besar, mata yang dapat melihat, telinga yang dapat mendengar, mulut yang dapat berbicara, dan juga akal yang dapat berpikir. Bayangkan bila detik ini Allah mencabut nikmat mata, nikmat telinga, nikmat mulut, dan nikmat akal dari kita, apa yang dapat kita lakukan?

Maka, sudahkah kita bersyukur? Menggunakan mata, telinga, dan akal untuk mengambil pelajaran?  Merenungkan dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya? Dengan karunia alat indra dan akal dari Allah, adakah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah? Atau malah mata, telinga, mulut juga akal kita gunakan untuk bermaksiat? Kita gunakan nikmat Allah dengan menuruti  hawa nafsu, mata yang mengumbar pandangan, mulut yang berdusta, telinga yang mendengar hiburan yang melenakan, hati yang lalai mengingat-Nya, dan akal yang tak mau mengambil pelajaran, mengabaikan ayat-ayat-Nya… Padahal mata, telinga, dan hati kita sungguh akan diminta pertanggungjawabannya…

Di dunia ini ada manusia yang dikatakan oleh Allah telah buta. Bukan, bukan matanya yang buta, tetapi yang buta adalah hatinya.

Sebagaimana dalam firman Allah Swt:

“Sesungguhnya bukan penglihatan ini yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada.” (Q.S al Hajj: 46)

Mengapa mata hati menjadi buta?  Karena dalam hati  tidak ada cahaya. Bukankah kita dapat melihat karena adanya cahaya? Begitu pun mata hati kita butuh cahaya. Cahaya dari Allah, Sang Pemilik cahaya.

“Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya dia atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nur: 35)

Saya teringat sebuah hadits: “Apabila hamba melakukan dosa, muncul goresan hitam di hatinya. Jika ia melakukan dosa lagi, goresan hitam bertambah. Bila terus begitu, hatinya menjadi hitam.”

Mungkin inilah penyebab butanya mata hati. Hati menjadi hitam karena dosa! Sehingga cahaya ilahi tidak bisa tembus ke dalam hati yang hitam ini!

Rasulullah Saw melanjutkan, “Namun, jika bertobat, hatinya menjadi bersih dan terang.”

Alhamdulillah… Masih ada kesempatan untuk membersihkan hati yang penuh dengan goresan hitam, sehingga hati kita kembali bersih, sehingga cahaya ilahi dapat dengan mudah masuk ke dalam hati ini.

Jangan, jangan biarkan hati kita menghitam, berkarat, dan kemudian membatu. Bahkan menurut Allah, batu pun lebih baik dari hati kita!

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada air yang mengalir sungai-sungai daripadanya, dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antara sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah…”  (QS. Al Baqarah: 74)

Tidakkah hati kita seorang mukmin malu ketika membaca ayat ini?  Bahkan batu pun jatuh meluncur karena takut kepada Allah! Adakah hati kita takut kepada Allah? Takut tatkala berbuat maksiat dan dosa? Takut akan azab dan siksa-Nya yang teramat keras?

Rasa takut menuntunku untuk bersegera menghadap Allah, mengambil air wudhu… khusyuk, rukuk dan sujud kepada-Nya, bersimpuh memohon ampunan-Nya…

Duhai Rabb Yang Maha Penerima tobat, Rabb Yang Maha Penyayang, ampuni segala dosa hamba, ampuni hamba yang seringkali lalai… Duhai Rabb Yang Maha Lembut, lembutkan hati hamba, sucikanlah hati ini dari segala goresan hitam akibat dosa,  limpahkan cahaya-Mu ke dalam hati ini, teguhkan hatiku di atas iman, jadikanlah hati ini senantiasa khusyuk mengingat-Mu, hati yang selalu merindukan-Mu, rindu untuk memandang wajah-Mu… Ya Tuhanku, kumpulkan aku kelak bersama orang-orang yang Engkau ridhai, jadikan saat berjumpa dengan-Mu sebagai hari terbaik untukku. Amin.

Wallahu’alam bishshawaab.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21543/jangan-biarkan-hati-ini-menghitam/#ixzz2LIOSwckc

 

#Motivasi hari ini

Hidup berhubungan dengan kemauan dan kemampuan.

Banyak orang yang berkemampuan  namun dibatasi oleh kemauannya dalam beraktfitas

Dan lebih banyak lagi orang yang sadar akan kemauannya ketika telah habis kemampuannya.

 

Maka penuhilah hak setiap waktu,

Dan gunakan kemampuan kita untuk merealisasikan setiap kemauan, agar tidak menjadi penyesalan kemudian.

 

 

Senin, 18 Februari 2013

Ibrah (Isi Khutbah Jumat 15/02/2013)

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya, lalu beliau bertanya (Teka Teki ) :

Imam Ghazali           :  "Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?"
Murid 1                       :  " Orang tua "
Murid 2                       :  " Guru "
Murid 3                       :  " Teman "
Murid 4                       :  " Kaum kerabat "
Imam Ghazali           :  " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI.  Sebab itu janji Allah, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali            :  " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1                        :  " Negeri Cina "
Murid 2                        :  " Bulan "
Murid 3                        :  " Matahari "
Murid 4                        :  " Bintang-bintang "
Iman Ghazali             :  " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama sebelum menyesal".

Iman Ghazali               :  " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1                          :  " Gunung "
Murid 2                          :  " Matahari "
Murid 3                          :  " Bumi "
Imam Ghazali              :  " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI        :  " Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1                           :  " Baja "
Murid 2                           :  " Besi "
Murid 3                           :  " Gajah "
Imam Ghazali               :  " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH  (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang,  gunung,  dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali           :  " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1                       :  " Kapas"
Murid 2                       :  " Angin "
Murid 3                       :  " Debu "
Murid 4                       :  " Daun-daun"
Imam Ghazali           :  " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT (Surah al-Ma'un (4-7). Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali              : " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab : " Pedang "
Imam Ghazali              : " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA (Surah 2:217). Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "

 

Minggu, 17 Februari 2013

Sederhana Dalam Nasihat

Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah


Allah SWT berfirman,

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ﴿١٢٥﴾

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Anhl: 125)

Abu Wa'il Syaqiq bin Salamah berkata, Ibnu Mas'ud RA mengingatkan (berceramah) kami setiap hari Kamis. Seseorang berkata, "Hai Abu Abdurrahman, aku ingin Anda mengingatkan kami setiap hari.' Ia menjawab, 'Yang menghalangi aku untuk hal itu adalah karena aku tidak suka membuat kalian bosan. Aku memperjarang nasihat untuk kalian sebagaimana Rasulullah juga memperjarang nasihatnya untuk kami karena khawatir membosankan kami.'" (Muttafaq Alaihi).

Abu Yaqdzan Ammar bin Yasir meriwayatkan, aku mendengar Rasulullah saw bersabda,

إِنَّ طُوْلَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرِ خُطْبَتِهِ مَئِنَّة مِنْ فِقْهِهِ، فَأَطِيْلُوا الصَّلاَةَ وَأَقْصِرُوْا الْخُطْبَةَ

"Lamanya shalat seseorang dan pendeknya khutbahnya adalah pertanda ilmunya. Maka perlamalah shalat dan perpendeklah khutbah." (HR. Muslim).

Muawiyah bin Hakam As-Sulami RA berkata,

بَيْنَا أَنَا أُصَليِّ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِذْ عَطِسَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ فَقُلْتُ: يَرْحَمُكَ اللَّهُ. فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ. فَقُلْتُ: واثكل أُمَِّاه! ما شأنكم تنظرون إلي؟ فجعلوا يضربون بأيديهم على أفخاذهم! فلما رأيتهم يصمتونني لكني سكت. فلما صلى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم فبأبي هو وأمي ما رأيت معلماً قبله ولا بعده أحسن تعليماً منه، فوالله ما كهرني ولا ضربني ولا شتمني. قال: إن هذه الصلاة لا يصلح فيها شيء من كلام الناس، إنما هي التسبيح والتكبير وقراءة القرآن، أو كما قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم. قلت: يا رَسُول اللَّهِ إني حديث عهد بجاهلية وقد جاء اللَّه بالإسلام، وإن منا رجالاً يأتون الكهان؟ قال: فلا تأتهم قلت: ومنا رجال يتطيرون؟ قال :ذلك شيء يجدونه في صدورهم فلا يَصُدَّنَّهُم

"Ketika kami shalat bersama Rasulullah saw tiba-tiba ada seseorang bersin, aku katakan, 'Yarhamukallah.' Tiba-tiba orang-orang memandangiku aku pun berkata, 'Brengsek, mengapa kalian memandangiku seperti ini?' Tiba-tiba mereka semua menepuk paha mereka. Ketika mereka mendiamkanku aku pun diam. Setelah Rasulullah saw selesai shalat, demi (Allah) atas ayah dan ibuku, tidak pernah aku melihat seorang pendidik, sebelum dan sesudah ini, yang lebih baik dari beliau. Demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, dan tidak mencaciku. Beliau hanya berkata, 'Shalat ini tidak boleh dicampur dengan ucapan manusia sedikit pun. Ia berisi tasbih, takbir, dan membaca Al-Qur'an.' Atau seperti apa yang disabdakan Rasulullah. Aku katakan, 'Ya Rasulullah, baru saja aku berada pada kejahiliyahan lalu Allah menunjukkan Islam. Di antara kami terdapat banyak orang yang masih mendatangi dukun-dukun.' Beliau bersabda, 'Kalau begitu kamu jangan ikutan datang.' Aku juga katakan, 'Di antara kami masih ada juga orang-orang yang melakukan tathayyur.' Beliau bersabda, 'Hal itu mereka dapatkan di dalam dada mereka. Jangan sampai hal itu menghalangi mereka." (Muslim).

عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

'Irbadh bin Sariyah RA meriwayatkan, "Rasulullah menasihati kami usai shalat Subuh sebuah nasihat yang indah yang membuat mata menangis dan hati bergetar. Seseorang berkata, "Ini adalah nasihat terakhir, apa yang akan engkau sampaikan kepada kami, ya Rasulullah?" Beliau bersabda, "Aku nasihati kalian agar bertaqwa kepada Allah. Mendengar dan taat walaupun kepada seorang budak Habsyi. Sesungguhnya jika di antar kalian ada yang masih hidup, ia akan melihat banyak perbedaan. Hendaknya kalian menjauhi perkara-perkara yang baru (dalam agama), sebab semua perkara yang baru sesat. Barangsiapa di antara kalian mengetahui hal itu, hendaknya berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat hidayah. Peganglah kuat-kuat itu." (HR. Tirmidzi).


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/20845/sederhana-dalam-nasihat-2/#ixzz1wnllUMle

 

 

 

Nikmati Ujianmu

Sahabat, tentunya kita semua pernah merasakan sebuah ujian kehidupan, tentunya kita semua pernah merasakan terpaan musibah, kita semua mungkin pernah merasakan pahitnya kegagalan, dan beratnya tantangan. Itulah dinamika kehidupan, karena hidup ini pastilah dihiasi dengan berbagai problematika dan dilematika.
Wahai sahabat, ujian, tantangan, musibah semuanya adalah sunnatullah. Allah akan menguji setiap hamba-Nya dengan berbagai ujian untuk memilah-milah siapakah yang keluar sebagai pemenang atau sebagai pecundang, siapakah yang bersabar dan siapakah yang tidak, siapakah yang bersyukur siapakah yang ingkar.