Selasa, 26 Februari 2013

Jangan Biarkan Hati Ini Menghitam

Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?” Allah berfirman, Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, Jadi begitu pula pada hari ini kamu diabaikan.” (QS. Taha: 125-126).

Ayat yang membuat hatiku bergetar hebat…Takut. Hati ini sungguh takut. Yaa Rabb, bagaimanakah nasibku di Hari Akhir nanti? Apakah hamba termasuk ke dalam golongan yang dihinakan, diabaikan oleh-Mu? Dikumpulkan dalam keadaan buta? Betapa mengerikan! Bayangkanlah… Dikumpulkan dalam keadaan buta … Tuhan kita mengabaikan kita, dan kita pun terhalang memperoleh kelezatan memandang wajah Allah! Na’udzubillah…

Di dunia ini kita telah diberikan berbagai kenikmatan yang sangat besar, mata yang dapat melihat, telinga yang dapat mendengar, mulut yang dapat berbicara, dan juga akal yang dapat berpikir. Bayangkan bila detik ini Allah mencabut nikmat mata, nikmat telinga, nikmat mulut, dan nikmat akal dari kita, apa yang dapat kita lakukan?

Maka, sudahkah kita bersyukur? Menggunakan mata, telinga, dan akal untuk mengambil pelajaran?  Merenungkan dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya? Dengan karunia alat indra dan akal dari Allah, adakah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah? Atau malah mata, telinga, mulut juga akal kita gunakan untuk bermaksiat? Kita gunakan nikmat Allah dengan menuruti  hawa nafsu, mata yang mengumbar pandangan, mulut yang berdusta, telinga yang mendengar hiburan yang melenakan, hati yang lalai mengingat-Nya, dan akal yang tak mau mengambil pelajaran, mengabaikan ayat-ayat-Nya… Padahal mata, telinga, dan hati kita sungguh akan diminta pertanggungjawabannya…

Di dunia ini ada manusia yang dikatakan oleh Allah telah buta. Bukan, bukan matanya yang buta, tetapi yang buta adalah hatinya.

Sebagaimana dalam firman Allah Swt:

“Sesungguhnya bukan penglihatan ini yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang di dalam dada.” (Q.S al Hajj: 46)

Mengapa mata hati menjadi buta?  Karena dalam hati  tidak ada cahaya. Bukankah kita dapat melihat karena adanya cahaya? Begitu pun mata hati kita butuh cahaya. Cahaya dari Allah, Sang Pemilik cahaya.

“Allah pemberi cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, dan tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, yaitu pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya dia atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An Nur: 35)

Saya teringat sebuah hadits: “Apabila hamba melakukan dosa, muncul goresan hitam di hatinya. Jika ia melakukan dosa lagi, goresan hitam bertambah. Bila terus begitu, hatinya menjadi hitam.”

Mungkin inilah penyebab butanya mata hati. Hati menjadi hitam karena dosa! Sehingga cahaya ilahi tidak bisa tembus ke dalam hati yang hitam ini!

Rasulullah Saw melanjutkan, “Namun, jika bertobat, hatinya menjadi bersih dan terang.”

Alhamdulillah… Masih ada kesempatan untuk membersihkan hati yang penuh dengan goresan hitam, sehingga hati kita kembali bersih, sehingga cahaya ilahi dapat dengan mudah masuk ke dalam hati ini.

Jangan, jangan biarkan hati kita menghitam, berkarat, dan kemudian membatu. Bahkan menurut Allah, batu pun lebih baik dari hati kita!

“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada air yang mengalir sungai-sungai daripadanya, dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan di antara sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah…”  (QS. Al Baqarah: 74)

Tidakkah hati kita seorang mukmin malu ketika membaca ayat ini?  Bahkan batu pun jatuh meluncur karena takut kepada Allah! Adakah hati kita takut kepada Allah? Takut tatkala berbuat maksiat dan dosa? Takut akan azab dan siksa-Nya yang teramat keras?

Rasa takut menuntunku untuk bersegera menghadap Allah, mengambil air wudhu… khusyuk, rukuk dan sujud kepada-Nya, bersimpuh memohon ampunan-Nya…

Duhai Rabb Yang Maha Penerima tobat, Rabb Yang Maha Penyayang, ampuni segala dosa hamba, ampuni hamba yang seringkali lalai… Duhai Rabb Yang Maha Lembut, lembutkan hati hamba, sucikanlah hati ini dari segala goresan hitam akibat dosa,  limpahkan cahaya-Mu ke dalam hati ini, teguhkan hatiku di atas iman, jadikanlah hati ini senantiasa khusyuk mengingat-Mu, hati yang selalu merindukan-Mu, rindu untuk memandang wajah-Mu… Ya Tuhanku, kumpulkan aku kelak bersama orang-orang yang Engkau ridhai, jadikan saat berjumpa dengan-Mu sebagai hari terbaik untukku. Amin.

Wallahu’alam bishshawaab.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/07/21543/jangan-biarkan-hati-ini-menghitam/#ixzz2LIOSwckc

 

#Motivasi hari ini

Hidup berhubungan dengan kemauan dan kemampuan.

Banyak orang yang berkemampuan  namun dibatasi oleh kemauannya dalam beraktfitas

Dan lebih banyak lagi orang yang sadar akan kemauannya ketika telah habis kemampuannya.

 

Maka penuhilah hak setiap waktu,

Dan gunakan kemampuan kita untuk merealisasikan setiap kemauan, agar tidak menjadi penyesalan kemudian.

 

 

Senin, 18 Februari 2013

Ibrah (Isi Khutbah Jumat 15/02/2013)

Suatu hari, Imam Al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya, lalu beliau bertanya (Teka Teki ) :

Imam Ghazali           :  "Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ?"
Murid 1                       :  " Orang tua "
Murid 2                       :  " Guru "
Murid 3                       :  " Teman "
Murid 4                       :  " Kaum kerabat "
Imam Ghazali           :  " Semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita ialah MATI.  Sebab itu janji Allah, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati ( Surah Ali-Imran :185).

Imam Ghazali            :  " Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ?"
Murid 1                        :  " Negeri Cina "
Murid 2                        :  " Bulan "
Murid 3                        :  " Matahari "
Murid 4                        :  " Bintang-bintang "
Iman Ghazali             :  " Semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling benar adalah MASA LALU. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak akan dapat kembali ke masa yang lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini, hari esok dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama sebelum menyesal".

Iman Ghazali               :  " Apa yang paling besar didunia ini ?"
Murid 1                          :  " Gunung "
Murid 2                          :  " Matahari "
Murid 3                          :  " Bumi "
Imam Ghazali              :  " Semua jawaban itu benar, tapi yang besar sekali adalah HAWA NAFSU (Surah Al A'raf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu kita membawa ke neraka."

IMAM GHAZALI        :  " Apa yang paling berat didunia? "
Murid 1                           :  " Baja "
Murid 2                           :  " Besi "
Murid 3                           :  " Gajah "
Imam Ghazali               :  " Semua itu benar, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH  (Surah Al-Azab : 72 ). Tumbuh-tumbuhan, binatang,  gunung,  dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka menjadi khalifah pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya berebut-rebut menyanggupi permintaan Allah SWT sehingga banyak manusia masuk ke neraka kerana gagal memegang amanah."

Imam Ghazali           :  " Apa yang paling ringan di dunia ini ?"
Murid 1                       :  " Kapas"
Murid 2                       :  " Angin "
Murid 3                       :  " Debu "
Murid 4                       :  " Daun-daun"
Imam Ghazali           :  " Semua jawaban kamu itu benar, tapi yang paling ringan sekali didunia ini adalah MENINGGALKAN SOLAT (Surah al-Ma'un (4-7). Gara-gara pekerjaan kita atau urusan dunia, kita tinggalkan solat "

Imam Ghazali              : " Apa yang paling tajam sekali di dunia ini? "
Murid- Murid dengan serentak menjawab : " Pedang "
Imam Ghazali              : " Itu benar, tapi yang paling tajam sekali didunia ini adalah LIDAH MANUSIA (Surah 2:217). Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri "

 

Minggu, 17 Februari 2013

Sederhana Dalam Nasihat

Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah


Allah SWT berfirman,

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ﴿١٢٥﴾

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Anhl: 125)

Abu Wa'il Syaqiq bin Salamah berkata, Ibnu Mas'ud RA mengingatkan (berceramah) kami setiap hari Kamis. Seseorang berkata, "Hai Abu Abdurrahman, aku ingin Anda mengingatkan kami setiap hari.' Ia menjawab, 'Yang menghalangi aku untuk hal itu adalah karena aku tidak suka membuat kalian bosan. Aku memperjarang nasihat untuk kalian sebagaimana Rasulullah juga memperjarang nasihatnya untuk kami karena khawatir membosankan kami.'" (Muttafaq Alaihi).

Abu Yaqdzan Ammar bin Yasir meriwayatkan, aku mendengar Rasulullah saw bersabda,

إِنَّ طُوْلَ صَلاَةِ الرَّجُلِ وَقِصَرِ خُطْبَتِهِ مَئِنَّة مِنْ فِقْهِهِ، فَأَطِيْلُوا الصَّلاَةَ وَأَقْصِرُوْا الْخُطْبَةَ

"Lamanya shalat seseorang dan pendeknya khutbahnya adalah pertanda ilmunya. Maka perlamalah shalat dan perpendeklah khutbah." (HR. Muslim).

Muawiyah bin Hakam As-Sulami RA berkata,

بَيْنَا أَنَا أُصَليِّ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ إِذْ عَطِسَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ فَقُلْتُ: يَرْحَمُكَ اللَّهُ. فَرَمَانِي الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ. فَقُلْتُ: واثكل أُمَِّاه! ما شأنكم تنظرون إلي؟ فجعلوا يضربون بأيديهم على أفخاذهم! فلما رأيتهم يصمتونني لكني سكت. فلما صلى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم فبأبي هو وأمي ما رأيت معلماً قبله ولا بعده أحسن تعليماً منه، فوالله ما كهرني ولا ضربني ولا شتمني. قال: إن هذه الصلاة لا يصلح فيها شيء من كلام الناس، إنما هي التسبيح والتكبير وقراءة القرآن، أو كما قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم. قلت: يا رَسُول اللَّهِ إني حديث عهد بجاهلية وقد جاء اللَّه بالإسلام، وإن منا رجالاً يأتون الكهان؟ قال: فلا تأتهم قلت: ومنا رجال يتطيرون؟ قال :ذلك شيء يجدونه في صدورهم فلا يَصُدَّنَّهُم

"Ketika kami shalat bersama Rasulullah saw tiba-tiba ada seseorang bersin, aku katakan, 'Yarhamukallah.' Tiba-tiba orang-orang memandangiku aku pun berkata, 'Brengsek, mengapa kalian memandangiku seperti ini?' Tiba-tiba mereka semua menepuk paha mereka. Ketika mereka mendiamkanku aku pun diam. Setelah Rasulullah saw selesai shalat, demi (Allah) atas ayah dan ibuku, tidak pernah aku melihat seorang pendidik, sebelum dan sesudah ini, yang lebih baik dari beliau. Demi Allah, beliau tidak menghardikku, tidak memukulku, dan tidak mencaciku. Beliau hanya berkata, 'Shalat ini tidak boleh dicampur dengan ucapan manusia sedikit pun. Ia berisi tasbih, takbir, dan membaca Al-Qur'an.' Atau seperti apa yang disabdakan Rasulullah. Aku katakan, 'Ya Rasulullah, baru saja aku berada pada kejahiliyahan lalu Allah menunjukkan Islam. Di antara kami terdapat banyak orang yang masih mendatangi dukun-dukun.' Beliau bersabda, 'Kalau begitu kamu jangan ikutan datang.' Aku juga katakan, 'Di antara kami masih ada juga orang-orang yang melakukan tathayyur.' Beliau bersabda, 'Hal itu mereka dapatkan di dalam dada mereka. Jangan sampai hal itu menghalangi mereka." (Muslim).

عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

'Irbadh bin Sariyah RA meriwayatkan, "Rasulullah menasihati kami usai shalat Subuh sebuah nasihat yang indah yang membuat mata menangis dan hati bergetar. Seseorang berkata, "Ini adalah nasihat terakhir, apa yang akan engkau sampaikan kepada kami, ya Rasulullah?" Beliau bersabda, "Aku nasihati kalian agar bertaqwa kepada Allah. Mendengar dan taat walaupun kepada seorang budak Habsyi. Sesungguhnya jika di antar kalian ada yang masih hidup, ia akan melihat banyak perbedaan. Hendaknya kalian menjauhi perkara-perkara yang baru (dalam agama), sebab semua perkara yang baru sesat. Barangsiapa di antara kalian mengetahui hal itu, hendaknya berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat hidayah. Peganglah kuat-kuat itu." (HR. Tirmidzi).


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/06/20845/sederhana-dalam-nasihat-2/#ixzz1wnllUMle

 

 

 

Nikmati Ujianmu

Sahabat, tentunya kita semua pernah merasakan sebuah ujian kehidupan, tentunya kita semua pernah merasakan terpaan musibah, kita semua mungkin pernah merasakan pahitnya kegagalan, dan beratnya tantangan. Itulah dinamika kehidupan, karena hidup ini pastilah dihiasi dengan berbagai problematika dan dilematika.
Wahai sahabat, ujian, tantangan, musibah semuanya adalah sunnatullah. Allah akan menguji setiap hamba-Nya dengan berbagai ujian untuk memilah-milah siapakah yang keluar sebagai pemenang atau sebagai pecundang, siapakah yang bersabar dan siapakah yang tidak, siapakah yang bersyukur siapakah yang ingkar.