Assalamu Alaikum wr. wb.
Berikut sebuah artikel yang saya postingkan dari blog sebelah mudah mudahan bisa bermanfaata untuk semua, dan terutama bagi saya pribadi yang sengaja searching artikel ini untuk lebih bersungguh-sunggung melaksanakan sesuatu.Dan tidak lupa terima kasih pada penulis sebenarnya semoga pahalanya bisa mengalir sebagai amal jariah
Diposkan oleh DETAK HIDUP on Jumat, Agustus 03, 2007 / Tags: Berkehendak, Lakukan, Sungguh-sungguh
Dikalangan santri mahfudhat ini mungkin sudah tak asing lagi, bisa jadi karena saking mudahnya untuk dihafal dan dilafalkan, sehingga seolah-olah maknanya menjadi biasa-biasa saja, keluarbiasaanya sirna, sedangkan sisanya hanya tulisan dalam kitab dan lebihnya merupakan rekaman yang terpatri dalam memori bersangkutan masing-masing saja.
Maknanya yang seolah lenyap dalam kandungan “Barang siapa yang sungguh-sungguh pasti dapat”, sudah merupakan buah konsekwensi logis saja sebenarnya dari lajunya proses yang seharusnya masih berlanjut, namun yang terjadi adalah terhenti di tengah-tengah perjalanan. Mungkin kejadian lebih disebabkan oleh mandegnya informasi yang mendukung lajunya proses trasformasi tersebut, sehingga hanya membuahkan verbalisasi saja yang berwujud pada orasi atau khitobah semata, teori gitu lho.
Proses masih berlanjut dan tidak berhenti sampai disini, dunia santri terus berbenah diri dengan percepatan teknologi informasi yang kian membahana. Secara perlahan namun pasti, proses transformasi semakin kentara buahnya. Santri yang dahulunya indentik dengan sarung, kopiah, kitab kuning, belajar dan mengajar ngaji di mushalla, di masjid, serta mondok di pesantren, kini sudah tidak lagi beratribut seperti itu.
Karena kini eranya paradigma baru, santri bisa seorang birokrat, politisi, profesional, pengusaha, karyawan, akademisi, mahasiswa, guru, siswa, tentara, dst. atau dibidangnya masing-masing, yang mau iqro kekinian dan mengimplemtasikan ilmunya bagi kemaslahatan kemanusiaan, dengan ahlaqul karimah yang kasih dan sayang. Begitulah santri saat ini, ragam dan warna-warni, saling bersinergi dalam kehidupan.
Wah…, ngelanturnya kepanjangan nih. Oke, kita langsung saja kembali ke pokok bahasan. Dan saya hanya men-share makna “man jadda wa jadda” ini, barang sepatah atau dua patah saja, dan jika masih di rasa kurang, saya persilahkan anda mencarinya sendiri agar lebih jelas dan terang adanya.
Begini maksudnya, makna mutiara kata “barang siapa yang sungguh-sungguh pasti dapat”, dapat ditinjau dengan dua pendekatan, pertama pendekatan secara positive, dan kedua pendekatan secara negative. Dua kubu ini, jika ditinjau dari ilmu komputer akan menjadi prinsip kerja yang positif yaitu GIGO (Gold In Gold Out), dan prinsip kerja yang negative yaitu GIGO (Garbage In Garbage Out).
Mekanismenya dapat diurai menjadi: Input – Proses – Output. Mekanisme proses ini tentunya harus didukung oleh perencanaan yang matang, terukur, dan tepat sasaran. Di dalam implementasinya juga harus berdasarkan pada fungsi-fungsi manajemen yang aplikatif, seperti manajemen-nya pak Deming, yaitu PDCA (Plan, Do, Check, Action) yang tujuannya adalah agar proses standar mutu yang bergulir dapat ditingkatkan menjadi mutu yang prima.
Sebagai contoh, suatu produk sepatu yang memiliki mutu dan kwalitas yang prima akan diburu oleh konsumennya, jadi bukannya sepatunya yang memburu konsumen, tetapi konsumennya yang memburu sepatu tersebut. Mutu dan atau kwalitas itu kalau diibaratkan seperti magnet yang mampu menarik semua benda yang bermaget disekelilingnya. Makanya, jadilah maget atau ber-magnet atau ber-mutu sesuai bidangnya masing-masing.
Contoh berikutnya adalah dosen. Dosen haruslah kompeten dibidangnya serta memiliki kredibelitas yang baik. Kredibel disini dapat diartikan sebagai berproduksi, misalnya: penelitiannya, walaupun penelitian saat ini belum menjadi industri, enggak apa-apa, pasti ada manfaatnya; buku karangannya banyak diterbitkan; tulisannya terpampang diberbagai media; atau minimal blog-lah.
Memaknai fenomena di atas dapat dengan “khoiru nass anfa’uhunm li-nnas, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia” atau dengan kata lain, katika manusia telah menjadi magnet/berkualitas, maka menurut Profesor Yohannes Surya menyebutnya dengan mestakung (semesta mendukung) mu.
Kembali ke topik, pada proses cycle inilah sebenarnya yang memungkinkan terjadinya perubahan mutu yang akan bermuara pada continuous improvement atau perbaikan yang berkelanjutan. Dan untuk itulah, mari kita menuju perubahan yang signifikan itu, dengan meng-up-grade diri kita menjadi diri yang baru (tobe a new you). Selanjutnya terserah anda.
Sabtu, 30 Oktober 2010
Selasa, 16 Maret 2010
Sebuah Makna ‘Barokah’ yang kadang Terlupakan
"Cukuplah yang sedikit, asalkan barokah"
Secara harfiah, barokah berarti an-nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah. Atau bisa didefinisikan dengan kata majemuk jalbul khoir atau sesuatu yang dapat membawa kebaikan. Ini berarti Barokah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya. Kalau sesuatu yang kita miliki membawa pengaruh negatif, maka kita berarti tidak memperoleh barokah yang diidamkan itu.
Barokah dari harta yang kita miliki adalah bukan hanya harta itu bertambah banyak tetapi juga ketika melalui harta itu kita bisa lebih mendekatkan diri dan lebih bersemangat dalam kebaikan dan beribadah kepada Allah. Kalau mau lihat contoh real dari keberkahan harta, lihatlah Rosululloh dan para sahabatnya, mereka kaya, harta mereka banyak, tapi dengan semua itu tidak turun intensitas ibadah mereka hanya karena kesibukan untuk mengurus harta yang mereka miliki. Karena mereka hanya meletakkan harta di tangan mereka, tidak di hati mereka.
Barokah dari umur yang kita miliki adalah ketika Allah memberikan kemanfaatan terhadap waktu yang kita miliki dalam hal kebaikan, waktu yang kita punya senantiasa bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akherat kita, kedua-duanya bukan hanya salah satu saja.Tidak sedikit orang yang mempunyai umur yang panjang, 80 tahun atau ada yang 100 tahun lebih (walaupun sedikit), tapi jarang yang selama hidupnya banyak memberikan kemanfaatan hidupnya untuk kebaikan. Keberkahan hidup yang Allah berikan bisa kita lihat salah satunya pada diri seorang Imam Nawawi, tahukah berapa umur beliau di dunia ?? beliau meninggal pada umur (kurang lebih) 35 tahun, tapi begitu banyak umat ini yang mengenal nama beliau karena kebaikannya, begitu besarnya kontribusi beliau untuk umat ini. Siapa yang tidak tahu Syarah ‘Arba’in Nawawi ? Riyadus Sholihiin dan kitab-kitab lain yang beliau tulis.
Barokah dari keluarga dan keturunan yang kita miliki adalah ketika mereka bisa menjadi penyejuk pandangan dan patner kita dalam beribadah, bukan malah sebaliknya menjadi hambatan dalam kita menunaikan kewajiban kita kepada Allah. Keberkahan yang Allah berikan tidak hanya diberikan kepada orang tua yang sholeh atau anak yang sholeh saja. Dalam Al Qur’an Allah menceritakan pada kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa, ketika itu Nabi Khidir datang kepada suatu kaum dan melihat anak yatim yang rumahnya hampir roboh, dia (Khidir) kemudian membangun rumahnya kembali, apa alasannya ?? dalam ayat selanjutnya diterangkan bahwa alasannya adalah ‘karena orang tua anak itu adalah orang yang sholeh’ begitulah penjagaan dan keberkahan yang Allah berikan kepada hambaNya, bukan hanya kepada orang yang sholeh, tetapi juga kepada keluarganya. Oleh karena itulah Rosul mengajarkan untuk berdo’a kepada pengantin yang baru saja menikah supaya Allah memberikan barokah untuk rumah tangganya.
Barokallahu laka wa baroka alaika Wa jama’a bainakuma fii khaiir
Barokah dari makanan, — pernahkah anda sehabis makan terus kekenyangan, ngantuk…terus tidur ?? saya pernah … hehe, lho kok malah kesini… –. Makanan yang barokah adalah makanan yang bisa membawa kita untuk terus giat beribadah, bukan malah menjadikan malas, dan juga tidak membawa mudharat bagi kesehatan kita, untuk itu syariat menganjurkan untuk memilih makanan yang sudah jelas bukan hanya halalnya saja tapi juga toyyibnya.
Dan masih banyak barokah-barokah dari yang lain.Yang jelas barokah itu dari Allah, kita sebagai hamba hendaknya meminta agar mendapat keberkahan dari waktu kita, harta kita, keluarga dan keturunan kita (kalo yang sudah berkeluarga lho ya), makanan kita dan lain sebagainya. Kan sayang to kalau hartanya banyak, umurnya panjang, istrinya …… –mmm ga usah diterusin lah ya–, ilmunya banyak tapi tidak ada barokahnya, tidak bermanfaat sedikitpun untuk akherat kita.
……..walaupun hidup seribu tahun, kalau tak sembahyang apa gunanya …….
Last, inti dari tulisan ini ada dalam Surat Al A’raaf : 96, Allah berfirman “Kalaulah sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, sungguh Kami akan bukakan atas mereka Keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakannya, maka kami siksa mereka dengan kedustaan itu.” Kunci untuk mendapatkan keberkahan itu adalah dengan adalah beriman dan bertaqwa secara benar dan nyata. Keimanan tidak cukup hanya kita meyakini dalam hati dan mengucapkan dengan lisan saja, tanpa ada bukti konkret dari pengamalan kita, tanpa ada kerja-kerja real yang kita lakukan, iman yang sempurna adalah ketika hati kita telah meyakini, lisan kita telah mengucapkan dan perbuatan kita telah membenarkannya. Realisasi dari taqwa kepada Allah adalah dengan berusaha menjaga Syariat Allah, yaitu mengamalkan apa yang telah Allah perintahkan dan menjauhi sejauh-jauhnya apa yang telah Allah larang. Semoga kita senantiansa dimudahkan Allah agar mendapatkan keberkahanNya.
Allaahu a’lam.
http://greenleaves.wordpress.com/2008/01/09/sebuah-makna-barokah-yang-kadang-terlupakan/
Secara harfiah, barokah berarti an-nama’ waz ziyadah yakni tumbuh dan bertambah. Atau bisa didefinisikan dengan kata majemuk jalbul khoir atau sesuatu yang dapat membawa kebaikan. Ini berarti Barokah adalah kebaikan yang bersumber dari Allah yang ditetapkan terhadap sesuatu sebagaimana mestinya sehingga apa yang diperoleh dan dimiliki akan selalu berkembang dan bertambah besar manfaat kebaikannya. Kalau sesuatu yang kita miliki membawa pengaruh negatif, maka kita berarti tidak memperoleh barokah yang diidamkan itu.
Barokah dari harta yang kita miliki adalah bukan hanya harta itu bertambah banyak tetapi juga ketika melalui harta itu kita bisa lebih mendekatkan diri dan lebih bersemangat dalam kebaikan dan beribadah kepada Allah. Kalau mau lihat contoh real dari keberkahan harta, lihatlah Rosululloh dan para sahabatnya, mereka kaya, harta mereka banyak, tapi dengan semua itu tidak turun intensitas ibadah mereka hanya karena kesibukan untuk mengurus harta yang mereka miliki. Karena mereka hanya meletakkan harta di tangan mereka, tidak di hati mereka.
Barokah dari umur yang kita miliki adalah ketika Allah memberikan kemanfaatan terhadap waktu yang kita miliki dalam hal kebaikan, waktu yang kita punya senantiasa bermanfaat untuk kebaikan dunia dan akherat kita, kedua-duanya bukan hanya salah satu saja.Tidak sedikit orang yang mempunyai umur yang panjang, 80 tahun atau ada yang 100 tahun lebih (walaupun sedikit), tapi jarang yang selama hidupnya banyak memberikan kemanfaatan hidupnya untuk kebaikan. Keberkahan hidup yang Allah berikan bisa kita lihat salah satunya pada diri seorang Imam Nawawi, tahukah berapa umur beliau di dunia ?? beliau meninggal pada umur (kurang lebih) 35 tahun, tapi begitu banyak umat ini yang mengenal nama beliau karena kebaikannya, begitu besarnya kontribusi beliau untuk umat ini. Siapa yang tidak tahu Syarah ‘Arba’in Nawawi ? Riyadus Sholihiin dan kitab-kitab lain yang beliau tulis.
Barokah dari keluarga dan keturunan yang kita miliki adalah ketika mereka bisa menjadi penyejuk pandangan dan patner kita dalam beribadah, bukan malah sebaliknya menjadi hambatan dalam kita menunaikan kewajiban kita kepada Allah. Keberkahan yang Allah berikan tidak hanya diberikan kepada orang tua yang sholeh atau anak yang sholeh saja. Dalam Al Qur’an Allah menceritakan pada kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa, ketika itu Nabi Khidir datang kepada suatu kaum dan melihat anak yatim yang rumahnya hampir roboh, dia (Khidir) kemudian membangun rumahnya kembali, apa alasannya ?? dalam ayat selanjutnya diterangkan bahwa alasannya adalah ‘karena orang tua anak itu adalah orang yang sholeh’ begitulah penjagaan dan keberkahan yang Allah berikan kepada hambaNya, bukan hanya kepada orang yang sholeh, tetapi juga kepada keluarganya. Oleh karena itulah Rosul mengajarkan untuk berdo’a kepada pengantin yang baru saja menikah supaya Allah memberikan barokah untuk rumah tangganya.
Barokallahu laka wa baroka alaika Wa jama’a bainakuma fii khaiir
Barokah dari makanan, — pernahkah anda sehabis makan terus kekenyangan, ngantuk…terus tidur ?? saya pernah … hehe, lho kok malah kesini… –. Makanan yang barokah adalah makanan yang bisa membawa kita untuk terus giat beribadah, bukan malah menjadikan malas, dan juga tidak membawa mudharat bagi kesehatan kita, untuk itu syariat menganjurkan untuk memilih makanan yang sudah jelas bukan hanya halalnya saja tapi juga toyyibnya.
Dan masih banyak barokah-barokah dari yang lain.Yang jelas barokah itu dari Allah, kita sebagai hamba hendaknya meminta agar mendapat keberkahan dari waktu kita, harta kita, keluarga dan keturunan kita (kalo yang sudah berkeluarga lho ya), makanan kita dan lain sebagainya. Kan sayang to kalau hartanya banyak, umurnya panjang, istrinya …… –mmm ga usah diterusin lah ya–, ilmunya banyak tapi tidak ada barokahnya, tidak bermanfaat sedikitpun untuk akherat kita.
……..walaupun hidup seribu tahun, kalau tak sembahyang apa gunanya …….
Last, inti dari tulisan ini ada dalam Surat Al A’raaf : 96, Allah berfirman “Kalaulah sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertaqwa, sungguh Kami akan bukakan atas mereka Keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi mereka mendustakannya, maka kami siksa mereka dengan kedustaan itu.” Kunci untuk mendapatkan keberkahan itu adalah dengan adalah beriman dan bertaqwa secara benar dan nyata. Keimanan tidak cukup hanya kita meyakini dalam hati dan mengucapkan dengan lisan saja, tanpa ada bukti konkret dari pengamalan kita, tanpa ada kerja-kerja real yang kita lakukan, iman yang sempurna adalah ketika hati kita telah meyakini, lisan kita telah mengucapkan dan perbuatan kita telah membenarkannya. Realisasi dari taqwa kepada Allah adalah dengan berusaha menjaga Syariat Allah, yaitu mengamalkan apa yang telah Allah perintahkan dan menjauhi sejauh-jauhnya apa yang telah Allah larang. Semoga kita senantiansa dimudahkan Allah agar mendapatkan keberkahanNya.
Allaahu a’lam.
http://greenleaves.wordpress.com/2008/01/09/sebuah-makna-barokah-yang-kadang-terlupakan/
Langganan:
Postingan (Atom)